Jumat, 14 September 2012

Pulau Morotai, Jejak Sekutu dalam Perang Dunia II

Pulau Morotai terletak di utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia. Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara.

Patung berupa empat tentara Indonesia dalam keadaan berperang dan satu wanita selaku wartawan atau yang disebut juga Patung Trikora telah siap untuk diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak Sail Morotai 2012, di Morotai, Maluku Utara, Sabtu (15/9/2012).
Patung berupa empat tentara Indonesia dalam keadaan berperang dan satu wanita selaku wartawan atau yang disebut juga Patung Trikora telah siap untuk diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara puncak Sail Morotai 2012, di Morotai, Maluku Utara, Sabtu (15/9/2012).

Keindahan Morotai dengan segudang sejarah dari Perang Dunia II membuatnya dijuluki sebagai “Mutiara di Bibir Pasifik”.

Kota paling besar di Morotai adalah Daruba yang berlokasi di sebelah selatan. Di bagian utara pulau ini berbatas dengan Filipina, di bagian timurnya adalah Samudera Pasifik.

Dengan total populasi sekitar 53.000 jiwa dan luas sekitar 1.800 kilometer persegi. Pulau ini memiliki beberapa pantai dengan pemandangan memukau didampingi oleh rahasia keindahan bawah laut yang menyimpan misteri. Ya, Morotai memiliki beberapa tempat menyelam menarik yang sanggup membuat decak kagum tamu bawah lautnya.


Morotai pada abad ke-15 hingga abad ke-16 berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate. Misi Yesuit Portugis sempat singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera sehingga Portugis pun hengkang.



Museum mini di Morotai, Maluku Utara yang memajang sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II.
Museum mini di Morotai, Maluku Utara yang memajang sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II.

Pulau Morotai lebih terkenal sebagai bagian dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina dan Borneo bagian timur. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.

Penduduk lokal di Pulau Morotai yang masih mengingat Perang Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan lokasi pertempuran sengit dari puluhan pesawat tempur yang menderu ketika lepas landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba.


Benda hasil peninggalan perang dunia ke II di Tempat Permandian air kaca, Morotai (14/9/2012). Benda temuan tersebut diperlihatkan kepada pengunjung yang mendatango tempat pemandian air kaca yang sering disebut juga sebagai tempat pemandian Jenderal Dauglas Mac Arthur.
Benda hasil peninggalan perang dunia ke II di Tempat Permandian air kaca, Morotai (14/9/2012). Benda temuan tersebut diperlihatkan kepada pengunjung yang mendatango tempat pemandian air kaca yang sering disebut juga sebagai tempat pemandian Jenderal Dauglas Mac Arthur.

Puluhan ribu tentara bertebaran di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik selama Perang Dunia II.

Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat dan Australia di bawah pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Morotai, tepatnya di bagian barat daya pulau ini.

Sebelum kedatangan sekutu ke Morotai, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk mendukung pertempuran di Pulau Halmahera.

Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500 tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh karena itu, dengan jumlah tersebut mereka dapat langsung ditaklukkan pasukan Amerika Serikat. Angkatan Laut Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal.

Ketika Jepang meninggalkan Morotai, Jenderal MacArthur melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas untuk mengambil alih karena lokasinya yang strategis untuk merebut kembali Filipina dari Jepang. Sekitar lebih dari 50 ribu tentara sekutu ditempatkan di Morotai dan MacArthur membangun beberapa landasan pesawat dan rumah sakit besar dengan 1.900 tempat tidur di dalamnya.



Wisatawan menikmati keindahan alam Pulau Dodola, Morotai, Maluku Utara, Jumat (14/9/2012). Pulau Dodola merupakan salah satu obyek wisata di Morotai yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Wisatawan menikmati keindahan alam Pulau Dodola, Morotai, Maluku Utara, Jumat (14/9/2012). Pulau Dodola merupakan salah satu obyek wisata di Morotai yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
 
Selama Perang Dunia II berlangsung, pasukan Sekutu terus menempati Morotai hingga akhirnya Jepang menyerah tahun 1945 dan Pasukan Sekutu meninggalkan pulau tersebut. Sebelum meninggalkannya pasukan Sekutu membakar semua bangunan yang mereka dirikan di Morotai.

Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II dimana kegiatan militer yang kuat pernah beroperasi di pulau tersebut dan peranannya dalam membebaskan Filipina dari pendudukan Jepang hampir terlupakan. 



Sumber : Kompas

1 komentar:

  1. Terimakasih artikelnya,mudah2an suatu saat sy bisa wisata ke sana.

    BalasHapus